Les Piano Online 1: Selayang Pandang

Anda suka bermain piano? Saya juga! Saking cintanya, sudah setua ini saya masih les. Selain itu, saya juga menjadikan hobi ini sebagai profesi saya. Sudah 2 tahun ini saya merintis sebuah studio piano kecil-kecilan. Lumayan kan, bisa berbagi ilmu dengan orang lain, dan bisa dapat duit dari hobi.

Salah satu program yang studio saya tawarkan adalah Les Piano Online (untuk mudahnya saya singkat LPO saja ya). Wah, apa itu? Dari namanya saja kita bisa menebak, ya, ini adalah kursus piano melalui internet secara real time menggunakan aplikasi video call. Teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian majunya sehingga apa yang dulunya tidak mungkin sekarang menjadi mungkin.

Dalam LPO, guru dan murid berada di dua lokasi yang berbeda. Kedua lokasi ini tidak harus selalu ribuan kilometer jaraknya, bisa jadi satu kota hanya saja di ujung yang berbeda. Guru dan murid terhubung melalui aplikasi video call seperti Skype. Murid bermain, guru mendengarkan dan melihat, lalu memberikan masukannya, semuanya melalui layar komputer.

Ketika saya menawarkan program ini pertama kali, saya sendiri sebenarnya hanya modal nekad. Saya memang sudah membaca beberapa artikel terkait LPO, namun saya berpikir, penerapannya akan cukup berbeda dengan apa yang mereka tuliskan. Maklum, saya orang teknik. Seringkali teori di buku teks tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, apalagi kalau teorinya dikembangkan untuk situasi tertentu namun situasi di lapangan berbeda. Untungnya, yang menjadi murid pertama saya adalah murid lama saya, yang sudah kenal saya cukup lama dan sudah dewasa. Jadi kami berdua melakukan segala macam trial and error, sampai kami menemukan strategi proses belajar-mengajar dan setelan perlengkapan yang pas buat kami berdua. Sampai hari inipun saya masih selalu belajar dan mencoba hal-hal baru untuk diterapkan pada LPO. Nanti akan ada cerita lebih banyak mengenai persiapan, proses belajar-mengajar, penyesuaian, kendala, dan sebagainya.

Sejak awal menawarkan, tidak sedikitpun terbersit keraguan dalam hati saya akan efektivitas sistem LPO. Efektif tidaknya LPO sangat tergantung pada kemauan, kreativitas, dan kerjasama kedua belah pihak, baik guru dan murid, dalam menyiasati kelemahan LPO. Contoh: posisi kamera, cara mengajarkan teknik, cara mengajarkan pedal, dan sebagainya. Tanpa bermaksud menyombongkan diri, murid-murid online saya cukup berprestasi, mulai dari juara pertama lomba piano anak-anak sampai meraih First Class Honors with Distinction (nilai 90 ke atas dari total 100) dalam sebuah ujian piano. Menurut saya, semua itu tergantung niat kedua belah pihak.

Meski demikian, saya mengakui bahwa LPO bukanlah bentuk ideal kursus piano. Bagaimanapun, kursus tatap muka tetap yang paling ideal di mana guru dan murid dapat berinteraksi secara langsung. Namun dalam situasi tertentu, dan karena alasan-alasan tertentu, LPO dapat menjadi pilihan alternatif. Apakah LPO efektif? Tergantung kedua belah pihak. Apakah LPO ideal? Mungkin bukan yang paling ideal. Apakah LPO impossible? Sama sekali tidak!! Tapi yang jelas, kedua belah pihak harus mau ribet.

Kira-kira, mengapa ya orang memilih LPO? Apa persisnya yang ada di dalam hati setiap orang, saya tidak akan pernah tahu. Berikut ini ada beberapa hal yang bisa saya pikirkan, yang mungkin menjadi alasan mengapa orang memilih LPO (meskipun alasannya bisa lebih banyak dari ini. Ini hanya contoh):
  • Mencari second opinion dari guru atau pianis ahli. Misalnya, saya sedang mempelajari komposisi Mozart untuk sebuah kompetisi. Selain guru privat, saya tentunya ingin mendapatkan masukan dari pianis yang memang ahli dalam karya-karya Mozart. Saya mencari di jagat internet dan menemukan seorang profesor piano atau pianis yang memang fokus pada karya-karya Mozart. Karena sang pianis tinggal di luar negeri, maka LPO dapat menjadi pilihan yang cukup ekonomis. 
  • Situasi sementara. Hal ini saya alami sendiri. Guru piano saya yang sudah mengajar saya selama 3 tahun memtuskan untuk mencoba pekerjaan baru di sebuah universitas di negaranya, Brazil. Beliau belum memutuskan untuk pindah secara permanen ke Brazil, dan masih ada kemungkinan beliau akan tetap di kota saya di Denver. Selama liburan semester beliau juga akan tetap berada di Amerika. Maka kami memutuskan bahwa kami akan les online, setidaknya sampai beliau menetapkan keputusan akhirnya. Bila memang beliau memutuskan untuk menetap di Brazil, barulah saya akan mencari guru lain. Contoh lain situasi sementara misalnya guru anda adalah pianis terkenal yang sedang tour atau liburan ke luar kota, maka les piano anda tidak perlu terhenti total karena masih bisa dilakukan secara online sampai situasi normal kembali. Saya menawarkan opsi seperti ini kepada murid-murid saya di Amerika ketika saya berlibur 3 minggu - 1 bulan di Indonesia. 
  • Menemukan guru yang sesuai dengan kepribadian, pola belajar-mengajar, dan tujuan dari siswa. Tak dapat dipungkiri, kesesuaian guru-murid adalah salah satu faktor yang krusial dalam keberhasilan proses belajar-mengajar. Apabila guru dan murid memang benar-benar sesuai dari segi kepribadian, cara ajar, cara belajar murid, dan tujuan dari proses pembelajaran itu sendiri, namun sang guru tinggal jauh di kota lain, maka LPO dapat menjadi pilihan.
  • Tidak ada guru piano di kota anda. Bukan tidak mungkin seseorang tinggal di sebuah kota yang cukup jauh dari sekolah musik/guru piano terdekat. Demi menghemat waktu dan biaya yang dihabiskan di jalan, LPO bisa menjadi alternatif. 
  • Sebagai pelajaran tambahan. Contohnya adalah keponakan saya. Dia mengikuti program musik untuk anak-anak di sebuah sekolah musik di Surabaya. Program tersebut dilaksanakan dalam sistem grup/kelas, dan itu berarti guru harus membagi perhatiannya untuk 8-10 orang siswa dalam 1 jam pelajaran. Untuk memperdalam apa yang diajarkan, kakak saya meminta saya mengajari dia secara online. 
Ketika seseorang mengambil keputusan untuk mengikuti les piano secara online tentunya ia sudah memahami apa yang akan dia hadapi, sudah mempertimbangkan untung-ruginya, dan sudah siap mental. Alasannya bisa jadi jauh lebih kompleks daripada yang saya gambarkan di atas. Namun semua itu tentunya sesuai dengan tujuan pembelajaran pribadi, kenyamanan, kebutuhan, dan kesesuaian dengan guru dan cara ajar. 

Kalau anda mau dan siap, kenapa tidak?

(bersambung)

Comments

Post a Comment

Popular Posts