The Four Musketeers (5): Lulus Kuliah Hingga Sekarang

Menggapai Mimpi
Lulus kuliah tentunya mencari kerja dong. Saya jadi PNS. Lucky ya jelas jadi dokter. Rian jadi programmer (nggak tahu profesi dia persisnya apa, tapi kami lebih suka bilang dia jadi hacker). Phian jadi bos. Hahaha.........

Kami juga masih setia kumpul-kumpul setiap kali pada mudik ke Surabaya. Pada salah satu acara pertemuan, saya bercerita bahwa saya mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah Strata 2 di Amerika Serikat. Sebagai penerima beasiswa, saya wajib mengikuti Test of English as a Foreign Language (TOEFL) dan Graduate Record Examination (GRE) sebagai prasyarat untuk mendapatkan sekolah. Beasiswa yang saya terima, Fulbright, memang prosesnya begitu: kami lulus tes beasiswa dulu baru mencari sekolah.

Hasil tes TOEFL saya bagus, tapi GRE (semacam tes kemampuan berpikir dan berbahasa) saya sama mengenaskannya dengan hasil tes UMPTN saya. Konon katanya kalau hasil tes kita di bawah standar, Fulbright akan meminta kita untuk mengulang tes tersebut sebelum mereka mendaftarkan kita ke universitas. Sejauh ini mereka tidak meminta saya melakukan tes ulang. Secara teori, ini berarti hasil tes saya, biarpun mengenaskan, masih cukup untuk mendaftar sekolah.

Saya ceritakan kekhawatiran saya pada mereka. Kalau saya tidak dapat sekolah gimana dong? Rian hanya ketawa, terus bilang "Temenku ada tuh yang nilai GRE-nya hancur, tapi dapat sekolah juga. Kamu tenang saja."

Ternyata benar, saudara-saudara. Fulbright mendaftarkan saya ke empat universitas, dan saya diterima di tiga diantaranya. Setahu saya, alasan saya tidak diterima di universitas yang satu itu adalah karena aplikasi saya nyasar di jurusan sebelah yang kurang cocok dengan deskripsi rencana studi dan fokus penelitian saya. Ketika saya mau protes, masa penerimaan mahasiswa baru sudah lewat, jadi ya sudahlah. Memilih satu diantara tiga saja sudah puyeng.

Saya berangkat ke Amerika pada bulan Agutus 2006. Lucky melanjutkan mengambil program spesialis anestesi. Rian pada akhirnya juga akan melanjutkan Strata 2 di ITB. Phian melanglang buana, mulai Jepang sampai Denmark, meniti karirnya. Lumayan, saya dapat boneka kokeshi dan miniatur patung Little Mermaid of Copenhagen sebagai oleh-oleh!

Meski jauh-jauhan, kami tetap email-emailan. Kami tidak tergabung dalam mailing list saat ini, jadi emailnya pribadi, tapi tetap saja menanyakan kabar yang lainnya. Ceritanya sederhana saja, tentang putus cinta, dapat pacar baru, rencana melanjutkan sekolah, salju, pekerjaan, sampai kecelakaan motor. Saya bahkan bertanya ke Phian apa  menurut dia orang Amerika boleh diprospek untuk jadi pasangan hidup. Jawaban dia? Kalau ada yang baik ya sosor saja bleh! Hahahahaha...........

Phian, nasihatmu saya pegang teguh, dan saya laksanakan...........


Kutukan SMU?
Saya pulang dari Amerika membawa gelar Master dan calon suami. Saat itu kami belum ada yang menikah. Ketika ngobrol-ngobrol sama Lucky, saya diingatkan.....jangan-jangan ini akibat kutukan SMU kami?

Begini. Ketika kami SMU kami kan pernah berjanji bahwa tidak akan ada hubungan romantis di antara kami. Jadi tidak mungkin saya akan menikah dengan salah satu dari mereka. Mungkin karena itu juga, kami punya impian gila bahwa kami berempat akan menikah di hari yang sama (dengan pasangan masing-masing ya) dan menggelar resepsi di tempat yang sama: satu gedung empat pelaminan. Apakah mungkin, janji dan impian gila ini akhirnya menjadi kutukan, sehingga kami nggak nikah-nikah?

Eh, hanya hitungan bulan, saya menerima undangan pernikahan Rian. Undangannya khas hacker banget, lewat teknologi terkini alias Short Messages Service (SMS). Hahaha.......saya datang dan ketemu Lucky juga di acara. Riaaan, terima kasih ya.....sebagai yang pertama menikah , kamu telah mematahkan kutukan SMU kita!!!


Malakin Rian Masih Berlanjut.....
Jangan dikira bahwa setelah kami menggapai mimpi dan menikah maka saya akan berhenti malakin Rian. Pada tahun 2011 saya menerima dana untuk penelitian mengenai pembuatan sistem perhitungan beban cemar instalasi pengolahan air limbah berbasis online. Selain pengetahuan kimia utnuk menghitung beban cemar, saya perlu seseorang yang paham pemrograman.

Memang sih dalam tim penelitian saya ada anggota yang berlatar belakang pendidikan informatika. Tapi semakin banyak tenaga ahli yang mendukung semakin baik, kan? Maka Rian (kali ini bersama suami saya) saya palakin untuk membantu proyek ini. Meski dia lebih banyak komunikasi dengan rekan satu tim saya, tapi lapornya tetap ke saya juga. Hahahahah.....

Mungkin harusnya saya ini kerja jadi preman aja, kerjanya malakin terus......


The Four Musketeers, Riwayatmu Kini.......
Sejak saya menikah dan pindah ke Amerika tahun 2012, saya jarang sekali kontak dengan mereka. Sesekali saja untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan tanya kabar. Jadi bisa dibayangkan betapa terharunya saya ketika saya menuliskan kisah saya tentang adenomyosis dan histerektomi di blog, kemudian menemukan komentar dari Lucky di blog dan Facebook saya.

Sekarang kami semua sudah berkeluarga. Ketika saya berhasil membuat grup WhatsApp khusus The Musketeers, kegilaan mereka sama sekali tidak berubah. Meski sudah pada jadi bapak dan kami semua mengalami kenaikan berat badan, tapi setiap kami berkomunikasi saya masih bisa menangkap jiwa dan hati yang sama seperti ketika kami masih SMU.

Sama seperti dulu juga, saya cerita blak-blakan. Saya cerita saya sudah tidak punya rahim dan tidak ada anak. Mereka juga tidak mempermasalahkan. Malah si Rian sering banget ngiming-ngimingi saya dengan foto makanan yang tidak bisa saya dapatkan di Amerika sini: mulai krupuk sampai nasi kuning. Mungkin ini cara dia membalas dendam setelah sekian tahun saya kerjain terus. Ampuuunn Riaaannn......

Mbak, kamu kok ceritanya banyak soal interaksimu sama Rian sih.....apa bener nggak ada apa-apa diantara kalian sejak awal? Ya elah............nggak ada, dul! Rian itu kakak tertua di grup. Terus saya satu-satunya cewek, yang tentu saja jadi manja abis punya tiga sahabat cowok. Jadi dia saya anggap kakak saya, dan kebetulan dia emang orangnya baik dan sabar begitu (baca: gampang dikerjain dan ikhlas dipalakin). Hihihihi..........peace Rian!!

Menuliskan kisah ini membuat saya menyadari betapa besar peran sahabat-sahabat saya ini untuk menjadikan diri saya sebagaimana adanya sekarang. Sebelumnya saya tidak melihat kaitan antara kisah persahabatan dengan jalan hidup saya. Selain menjadi sahabat dan penopang, mereka berperan dalam setiap langkah dalam hidup saya, mulai dari menentukan jurusan kuliah, menulis TA, mencari beasiswa, sampai mencari suami!

Ketika kakak saya membaca kisah saya ini, dia berkata yang kurang lebih isinya begini "Makanya, kita harus mengelilingi diri kita dengan teman-teman yang baik, yang bisa membuat kita menjadi lebih baik dari sebelumnya."

The Four Musketeers: Rian, Saya, Lucky, Phian (foto: dok. Lucky)

 

Buat My Musketeers: terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik saya selama ini. Terima kasih kalian selalu mendorong dan membantu saya untuk menjadi lebih baik. Terima kasih kalian selalu menerima saya apa adanya. Terima kasih kalian selalu ada buat saya, di manapun kalian berada. Terima kasih kalian selalu menjaga dan melindungi saya. Terima kasih....untuk segalanya. 

Semoga persahabatan ini terus berlanjut selamanya ya bro!



 





Comments

Popular Posts