Aku dan Adenomyosis (1) : Awal Mula

Catatan Penulis: Tulisan ini sangat terkait dengan kondisi organ kewanitaan dan hal-hal yang terkait dengannya. Bagi pembaca yang mungkin menganggap isi tulisan terkait hal-hal tersebut sedikit terlalu vulgar, disarankan untuk tidak melanjutkan membaca. Tujuan saya menulisnya adalah untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan semua pembaca, sehingga apabila ada yang memiliki kondisi yang sama kita dapat saling mendukung dan menguatkan. Berhubung saya bukan dokter, informasi medis yang kurang tepat akan saya revisi. Terima kasih. 

Pada awal tahun 2015 saya mulai menyadari ada sesuatu yang berbeda dari siklus menstruasi saya. Hal pertama yang saya perhatikan adalah bahwa saya mengalami pendarahan di antara dua menstruasi. Tidak banyak sih, tapi cukup membuat saya heran. Ini tidak normal. Tapi karena kejadiannya hanya satu kali di awal tahun, saya pikir saya hanya kelelahan saja. Meski saya tidak mengambil tindakan medis seperti ke dokter, saya tetap mencatatnya dalam catatan menstruasi bulanan saya.


Dua bulan kemudian saya mulai menyadari ada sesuatu yang lain lagi. Menstruasi saya menjadi sangat berat, jauh lebih berat daripada yang pernah saya alami sebelumnya selama hidup saya. Saya yang biasanya hanya menggunakan 2-3 pembalut sehari, sekarang bisa 5-8. Selain itu, kadang saya mengalami kram (bahasa kerennya sakit datang bulan/dilep) yang luar biasa sakitnya (istilah kerennya dysmenorrhea), bahkan penghilang sakit tidak sanggup menghilangkannya. Kalau sudah begitu, saya hanya bisa melungker saja di tempat tidur.

Saya sempat pergi ke dokter umum, dan beliau mengatakan perpindahan saya dari Indonesia ke Amerika dapat memengaruhi kondisi hormon saya, dan mengakibatkan hal tersebut. Jadi saya hanya dibekali penghilang sakit saja oleh dokter. Beliau juga berkata, salah satu cara mengatasinya adalah saya hamil dan melahirkan. OK, jadi sejauh ini saya tidak khawatir. Teman-teman traveler perempuan mungkin pernah mengalami kacaunya jadwal menstuasi ketika dan setelah melakukan perjalanan jauh lintas zona waktu dan iklim? Ternyata hal tersebut lumrah!

Kondisi ini terus berlanjut, dan dalam berbagai hal semakin memburuk. Sebulan saya bisa menstruasi sampai 2 - 3 kali. Lama-lama saya sudah tidak betah lagi, dan akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (OB/GYN). Kebetulan ada klinik urusan kewanitaan dekat rumah yang terkenal memiliki layanan yang baik. Saya segera membuat janji dengan salah satu dokter Spesialis OB/GYN mereka.

Ketika saya datang, perawat segera melakukan serangkaian tes (di sini disebut tes vital signs) semacam tekanan darah, berat badan, tinggi badan, dan suhu badan. Karena ini urusan kewanitaan, mereka melakukan satu lagi tes tambahan, yaitu tes kadar besi/hemoglobin dalam darah. Tujuan tes ini adalah untuk mendeteksi adanya anemia (kondisi kekurangan darah merah) yang sering dialami perempuan yang mengalami pendarahan hebat dan lama (istilah medisnya menorrhagia).

Tes tersebut dilakukan dengan mengambil darah kita di ujung jari dan kemudian menganalisanya di alat tertentu (saya tidak tahu bagaimana mereka melakukannya, karena sampel darah saya dibawa ke lab di klinik tersebut). Tapi hasilnya sangat cepat kok.

Setelah itu saya dibawa ke ruangan periksa. Saat dokter datang, beliau memberitahu saya bahwa kadar hemoglobin/Hb saya (zat kimia darah yang bertugas mengikat oksigen, yang menyebabkan darah berwarna merah) sangat rendah, yaitu 6,8 saja. Kadar hemoglobin normal untuk perempuan adalah 12-15. Level Hb di bawah 12 dianggap anemia. Dokter nyaris mengirim saya untuk menerima transfusi darah, karena kadar hemoglobin di bawah 7 sudah harus menerima transfusi. Namun analisa darah lengkap menunjukkan kadar hemoglobin saya masih 9,4. Sudah termasuk anemia, tapi belum masuk tahap yang memerlukan transfusi. Fiuh!!

Rupanya, pendarahan hebat saya selama setahun terakhir telah membuat saya mengalami anemia sedang. Namun karena terjadinya sedikit demi sedikit, sepertinya tubuh saya masih sempat beradaptasi dengan perubahan tersebut sehingga saya tidak mengalami gejala apapun. Jadi para perempuan, jangan abaikan pendarahan yang mendadak menjadi hebat!

Setelah pemeriksaan, dokter menduga saya memiliki myom di rahim. Bahasa keren di sini adalah uterine fibroid. Fibroid adalah tumor jinak yang tumbuh di rahim. Fibroid tidak berbahaya dalam artian tidak bersifat kanker. Hanya saja kehadirannya dapat menyebabkan pendarahan hebat, sakit datang bulan dan ditengarai dapat memengaruhi kesuburan dan kehamilan. Untuk memastikan diagnosa, dokter meminta saya datang keesokan harinya untuk USG, Pap Smear (deteksi dini kanker leher rahim/cervix), dan biopsi lining rahim.

Hasilnya? Saya memiliki fibroid seukuran 3 cm di dinding depan rahim. Dokter menanyakan apakah saya masih ingin hamil dan memiliki anak, ataukah saya sudah selesai dengan urusan kehamilan. Hal ini penting untuk dibicarakan karena pilihan jenis perawatan sangat tergantung pada hal ini. Saya jawab saya masih ingin hamil dan memiliki anak, karena saya belum memiliki anak.

Dokter memberikan penjelasan mengenai jenis-jenis perawatan yang dapat saya pertimbangkan untuk perawatan fibroid sambil mempertahankan kesuburan:
  1. Terapi hormon. Terapi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Hormon disuntikkan sekali saja di awal periode pengobatan yang dipilih. Jenis terapi ini akan menghentikan semua produksi dan fungsi hormon kewanitaan; dengan kata lain tubuh perempuan akan 'dipaksa' memasuki menopause sementara. Tujuan menghentikan hormon kewanitaan adalah untuk mengecilkan fibroid. Meskipun dunia medis tidak mengetahui secara pasti penyebab timbulnya fibroid, namun mereka mengetahui bahwa pertumbuhan fibroid sangat dipengaruhi hormon kewanitaan. Menghentikan produksi hormon kewanitaan akan membuat fibroid tersebut 'kelaparan' dan akhirnya mengecil. Kelemahan sistem ini adalah bahwa pengecilan fibroid hanya akan sebesar 30%-40% saja, dan begitu terapi hormon dihentikan fibroid akan membesar kembali. Pasien juga akan mengalami semua gejala menopause seperti hot flashes, osteoporosis, gangguan mood, rambut rontok, dan sejenisnya.
  2. Uterine Artery Embolization (UAE). UAE adalah prosedur operasi kecil. Prosedur ini melibatkan dimasukkannya kateter melalui pembuluh darah di paha atas. Kateter ini digunakan untuk 'mengantarkan' semacam butiran plastik (pellet) ke pembuluh darah di rahim yang menjadi sumber 'makanan' utama bagi fibroid. Butiran plastik tersebut digunakan untuk memblokade pembuluh darah yang mensuplai fibroid, sehingga fibroid akan kelaparan dan akhirnya mengecil/mati. Sejauh yang saya pahami, pengecilan fibroid dengan metode ini adalah sekitar 40%, dan tidak akan pernah benar-benar hilang. Selain itu, pemulihan setelah prosedur agak lama dan konon cukup menyakitkan.
  3. Operasi pengangkatan fibroid (myomectomy). Tergantung posisi fibroid di dalam rahim, operasi dapat dilakukan secara abdominal (membuka rahim dari perut bawah, semacam operasi sesar) atau vaginal (tanpa membuka rahim, hanya melalui vagina). Berdasarkan studi saya dan diskusi dengan dokter, inilah satu-satunya cara yang benar-benar menghilangkan fibroid dari rahim. Tentu saja ada resiko terbentuknya jaringan parut di rahim, yang membuat fleksibilitas rahim ketika melahirkan tidak sebaik rahim normal. Karena itu, bila saya hamil nantinya saya harus operasi sesar untuk melahirkan.
Hari itu dokter meresepkan hormon progesterone untuk menghentikan pendarahan saya agar tubuh saya punya waktu untuk menaikkan kembali jumlah Hb-nya sekaligus sebagai upaya awal untuk mengecilkan fibroid. Saya juga diberi suplemen zat besi untuk membantu meningkatkan produksi Hb. Saya diminta kembali dalam waktu tiga bulan untuk kontrol dan melihat apakah ada perubahan pada ukuran fibroid, sekaligus memutuskan metode perawatan apa yang saya pilih.

Maka penantian tiga bulan saya pun dimulai.

Catatan untuk kaum perempuan:
  1. Mencatat tanggal, panjang siklus, lamanya menstruasi dan seberapa berat menstruasi kita ternyata bermanfaat loh. Kita bisa melihat pola siklus kita, dan kita akan segera menyadari bila ada sesuatu yang tidak beres (perubahan pada panjangnya siklus, lamanya menstruasi, rasa sakit yang dialami, pendarahan di luar masa menstruasi normal dan banyaknya menstruasi). Saya sejak lama rajin mencatat semua ini, dan terbukti sangat berguna ketika saya harus memberikan informasi kondisi saya pada dokter. Tentunya ini akan membantu dokter dalam menentukan apa yang menjadi masalah kita. Banyak apps atau program di internet untuk merekam dan mereka secara otomatis akan membuat statistiknya untuk kita. Saya menggunakan www.fertilityfriend.com.Website ini sebenarnya bertujuan untuk membantu kita mencapai kehamilan dengan merekam basal body temperature (BBT). Tapi saya sekalian menggunakannya untuk rekaman menstruasi bulanan meski di masa-masa saya tidak mencoba hamil. So ladies, biasakan mencatat!
  2.  Berdasarkan salah satu video di bawah, yang harus kita waspadai adalah perubahan pada sesuatu yang biasanya normal buat kita. Contoh yang digunakan di video adalah jumlah pembalut yang kita gunakan. Setiap perempuan memiliki kondisi normal yang berbeda, ada yang cukup 2-3 pembalut sehari, ada yang memang harus lebih. Jenis dan ukuran pembalut juga berbeda-beda, sehingga jumlah saja tidak cukup memberikan informasi. Namun yang kita cari adalah kondisi yang berubah drastis; dari biasanya 2-3 saja mendadak menjadi 6-10 sehari. Demikian pula dengan lamanya menstruasi. Bila biasanya hanya 4-5 hari, tentunya akan menjadi tanda tanya bila mendadak berubah menjadi 8-10 hari. 
  3. Apabila kita menyadari ada yang tidak beres, langsung pergi ke dokter spesialis OB/GYN. Jangan tunda-tunda!
  4. Diskusikan semua kemungkinan diagnosis dan apapun yang kita baca di internet dengan dokter anda. Belum tentu apa yang ada di internet itu benar. Kalau perlu, minta rekomendasi referensi buku/jurnal/website dari dokternya. Selain itu, apa yang orang lain alami (diagnosa, jenis terapi, dan sebagainya) belum tentu dapat diterapkan pada kita. Jangan ragu bertanya pada dokter tentang apa yang kita baca, apa yang belum jelas buat kita, dan jenis terapi yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi kita berikut plus minusnya. Sebagai pasien kita berhak untuk mengetahui semua itu sebelum memutuskan bersama dokter pilihan terapi yang terbaik buat kita.

(bersambung)


Bagi yang ingin mempelajari lebih lanjut, berikut ini website dan video yang sangat bermanfaat buat saya (mohon maaf bahasanya Inggris semua):
- The American Congress of Obstetrician and Gynecologist
- Fibroid Second Opinion
- Informasi Fibroid dari American Society of Reproductive Medicine
- Informasi Adenomyosis

Comments

  1. Lama tidak ketemu dapat kabar sedih dari medsos. Turut berduka dan prihatin. Mbak Dhita. Semoga diberikan kesabaran, kesembuhan dan hasil terbaik.

    ReplyDelete
  2. Hello Mbak Dhita..I feel you..sy juga penderita Adenomyosis.Apakah sy boleh berbagi atau tanya2 seputar Adenomyosis ini..Sy melakukan surgery 2015 lalu..dan sampai saat ini masih struggle hal ini.Thanks.Salam kenal sy Siantina fr Surabaya.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts