Dirimu Satu! (1) : Tim Paduan Suara Remaja Jawa Timur 1998



Mana suaramu lagi?
Mana tanyamu lagi?
Masihkah aku ada di dalam dirimu?


"Dirimu Satu". Lagu yang diciptakan oleh Tarida Huaturuk dan dinyanyikan oleh Hutauruk Sisters ini adalah satu lagu yang sangat berkesan buat saya. Banyak cerita terkandung di dalamnya, yang ingin saya bagikan buat pembaca.

Dalam serial "Dirimu Satu!" ini saya akan ceritakan perjuangan kami, Tim Paduan Suara Remaja Jawa Timur 1998, membawa nama bangsa di kancah internasional di tengah badai krisis moneter dan kekacauan politik yang tengah melanda Indonesia.

Menjadi Pianis
Sekitar bulan Februari - April 1998, saya sibuk mengikuti Yamaha Electone Festival. Saya menjuarai tingkat sekolah musik, dan mendapat peringkat kedua di tingkat Wilayah Jawa Timur (dan Indonesia Timur). Karena hanya peringkat kedua, saya tidak mewakili Jawa Timur (dan Indonesia Timur) ke tingkat nasional. Kecewa? Iya sih, tapi yang menjuarai tahun itu memang bagus dan salah satu teman saya sendiri. Jadi memang pantas lah.

Namun, tiba-tiba saya dihampiri seseorang yang bertanya apa saya dapat mengiringi paduan suara. Saya jawab kalau saya memang sudah sering mengiringi paduan suara sejak SMA. Beliau meminta nama dan kontak saya, dan berjanji akan segera menghubungi saya. Saya pikir beliau ini perwakilan dari sebuah Madrasah yang beberapa hari sebelumnya sudah menanyakan kesediaan saya mengiringi paduan suara untuk acara Maulid Nabi di sekolah mereka. Jadi saya sama sekali tidak ada bayangan yang aneh-aneh.

Tak lama setelah pertemuan dengan si bapak, saya mendapatkan telepon dari bapak Theis Watopa, pelatih paduan suara yang cukup terkenal di Jawa Timur, yang sudah saya kenal sejak SMP. Beliau mengatakan bahwa saya telah dipilih untuk menjadi pianis Tim Paduan Suara Remaja Jawa Timur yang akan dikirim ke Osaka, Jepang, untuk mengikuti ajang Festival Paduan Suara Remaja Internasional (1998 International Youth Chorus Festival). Ternyata, si bapak yang bertanya kepada saya tempo hari adalah perwakilan dari beliau untuk mencari pianis bagi tim ini.

Jantung saya serasa mau copot!

Flashback
Saya sama sekali tidak asing dengan Festival Paduan Suara Remaja Internasional di Osaka ini. Program ini adalah program kota kembar (Sister Cities) antara Jawa Timur dan Osaka Prefecture yang diselenggarakan setiap tahun.

Pada tahun 1993 saya terpilih menjadi salah satu anggota tim penyanyi. Namun entah mengapa, tiba-tiba saya tidak jadi berangkat, setelah berlatih beberapa minggu. Setahu saya, ada orang yang masuk tim tanpa proses seleksi. Saya bahkan tahu sendiri salah satu dari orang baru tersebut sudah gagal di seleksi awal. Namun saya yang disingkirkan, meskipun Pak Theis berjanji bahwa saya akan menjadi prioritas di tahun berikutnya. Tak perlu saya ceritakan betapa sakitnya hati saya saat itu. Untuk menghibur saya, almarhum Ayah menyarankan agar saya menggunakan uang yang sudah mereka siapkan untuk perjalanan ke Jepang untuk memulai kembali les musik saya yang terhenti karena kepindahan kami dari kota ke kota beberapa tahun terakhir. Saya menyetujuinya.

Tahun 1995 bapak Theis Watopa mengatakan beliau akan mencalonkan saya kembali sebagai anggota tim.  Namun saat itu tim inti sudah terbentuk sehingga tidak ada lagi tempat buat saya. Kecewa untuk yang kedua kalinya.

Tahun 1997 saya dicalonkan untuk menjadi pianis. Namun saat itu saya sedang persiapan untuk mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Lagipula, saat itu tim 1997 memiliki satu calon pianis lagi yang juga adalah teman baik dan adik kelas saya. Maka saya pun memutuskan untuk melepaskan kesempatan ini. Bagaimanapun, saya harus fokus untuk bisa masuk universitas negeri, ini menyangkut masa depan saya juga.

Saya pikir, itulah akhir keterlibatan saya di Festival Osaka ini. Tapi ternyata Tuhan punya rencana lain..............

Seleksi Tim Paduan Suara Remaja Jawa Timur 1998
Setelah saya menyatakan kesediaan saya sebagai pianis tim 1998, saya diminta mendampingi panitia untuk melakukan seleksi terbuka untuk memilih anggota tim penyanyi. Saya sempat bertemu dan berlatih dengan beberapa calon tersebut karena mereka adalah murid-murid Pak Theis sendiri. Tapi itu hanya sebagian (sangat) kecil dari 116 orang yang ikut seleksi hari itu! Saya harus mengiringi mereka: lagu apapun yang mereka minta (mulai "Bintang Kecil" sampai "Crazy"), dalam kunci apapun, tanpa partitur, tanpa persiapan. Panic mode: on.

Akhirnya, terpilihlah 16 remaja yang menjadi Tim Paduan Suara Remaja Jawa Timur/ East Java Youth Chorus Team 1998: Tari, Chaca, Dinda, Vita, Luri (Sopran); Via, Gadis, Rizka, Martha (Alto); Adi, Wiwid, Doni (Tenor); Pandu, David, Doddy, Aris (Bass).



(bersambung)


Comments

Popular Posts