Program Diet Media Sosial

Sudah sekitar tiga minggu ini saya menjalani 'program diet' media sosial (medsos). Dulunya, saya rajin membaca update status teman-teman melalui newsfeed di medsos. Rajin juga update status, share informasi astronomi, musik dan kerohanian, kutipan-kutipan bagus, foto dan video lucu, dan berbagi foto-foto kehidupan saya di sini. Kadang tidak terasa bisa sejam dua jam duduk di depan komputer hanya untuk memantau medsos. Boleh dibilang saya cukup kecanduan juga, heheheheh.....

Dalam 'program diet' ini, saya tidak memantau newsfeed. Yang saya pantau hanya ruang chat dan notifikasi. Hal ini dikarenakan chat medsos adalah cara termudah dan tercepat bagi saya untuk menghubungi keluarga di Indonesia. Notifikasi memberi tahu saya kalau ada teman atau kerabat yang posting sesuatu yang berhubungan langsung dengan saya. Tapi saya tidak lagi membaca update status teman-teman.

Mengapa? Bukankah medsos itu sesuatu yang sangat berguna?

Alasan Saya Meninggalkan Medsos
Akhir-akhir ini, situasi perpolitikan di Amerika Serikat maupun Indonesia menjadi sangat panas. Saya secara pribadi sama sekali tidak melibatkan diri dalam pembicaraan mengenai politik baik di AS maupun di Indonesia, namun sebagai seorang yang rajin baca news feed saya tentu membaca berbagai berita, pendapat, analisa, sampai caci maki.

Kondisi tersebut semakin lama semakin parah. Saya pribadi tidak keberatan membaca berita politik, malah saya pikir sebagai warga negara Indonesia dan permanent resident di AS saya wajib melek politik, meskipun mungkin tidak terlibat langsung. Bagaimanapun, saya berasal dari Indonesia dan tinggal di Amerika, jadi politik kedua negara sedikit banyak akan memengaruhi kehidupan saya. Namun yang bikin saya ilfil adalah hoax-hoax yang bermunculan, tuduhan-tuduhan tak berdasar, debat-debat tanpa awal dan akhir yang ujung-ujungnya adalah caci maki dan perpecahan.

Saya benar-benar jutek. Ditambah lagi kondisi kehidupan saya sendiri juga sedang melewati banyak tantangan tahun ini. Posting kebanyakan warga medsos yang menunjukkan sisi terbaik kehidupan mereka membuat saya semakin down. Kesemuanya ini membuat saya semakin lelah dan memutuskan untuk berhenti mengikuti news feed.

Sempat juga berpikir untuk unfollow (bukan unfriend, ya. Saya bukan tipe unfriend atau block. Pertemanan sangat berharga buat saya.) beberapa teman yang menurut saya banyak menyebar hoax atau kebencian, tapi itu kan berarti kerja ekstra buat saya, harus membaca posting mereka untuk melihat mana yang cocok maupun yang tidak. Khawatir akan menambah beban mental saya yang sudah cukup berat, saya memutuskan untuk tidak membaca news feed saja. Kalau saya ingin melihat kondisi atau kabar terbaru teman, saya akan langsung ketik namanya dan pergi ke page teman tersebut.

Dulu, hal semacam ini sangat sulit saya terapkan. Godaan untuk kembali membaca selalu lebih kuat. Tapi sekarang, entah mengapa, menjadi begitu mudah. Yang lebih luar biasa lagi, saya langsung merasakan manfaatnya dalam kurun waktu tiga minggu saja.

Perbedaan yang Saya Rasakan
Berikut ini adalah beberapa 'manfaat' yang saya rasakan setelah 'diet medsos':
  • Mood yang lebih baik: setelah 'berpuasa' medsos, saya merasa hidup saya lebih tenang. Emosi saya tidak lagi dikocok-kocok oleh berbagai posting di medsos yang dapat menimbulkan rasa marah, sedih, kecewa, penasaran, rendah diri, iri hati, takut (baik takut akan keselamatan diri maupun takut tidak bisa 'bersaing' dan ketinggalan kereta di dunia maya/fear of missing out), khawatir, dan sejuta emosi lainnya. Mood yang jelek tentunya akan memengaruhi saya dalam berpikir, bersikap, dan berkarya.
  • Penggunaan waktu yang lebih efektif: karena saya tidak lagi menghabiskan banyak waktu untuk memantau medsos, saya jadi memiliki waktu ekstra. Waktu ini saya gunakan untuk berbagai hal yang lebih bermanfaat seperti membaca buku, membaca artikel atau menonton video di internet baik tentang sains, sejarah, musik, maupun biografi tokoh-tokoh penting. Kadang juga nonton film-film bagus di Netflix seperti The Painted Veil, Kung Fu Panda 3, The Last Unicorn, The Crown, The Great Expectations dan Jane Eyre (hitung-hitung belajar sastra!) atau acara serial jadul yang saya suka semacam Star Trek The Next Generation, SeaQuest DSV, Hercules, dan sejenisnya. Buat saya hal ini jauh lebih bermanfaat dan menginspirasi daripada membaca newsfeed. Saya tidak bilang bahwa medsos tidak bisa menginspirasi loh ya. Saya punya banyak teman di medsos saya yang kehidupan dan kegiatannya sungguh menginspirasi. Hanya saja posting menginspirasi semacam itu seringkali tenggelam di dalam lautan posting kekinian. Selain untuk belajar, waktu ekstra yang saya miliki saya gunakan untuk latihan piano, menulis artikel astronomi maupun blog, membereskan rumah, dan istirahat. Ujung-ujungnya, saya lebih fokus dalam melakukan hal-hal keseharian saya (mungkin karena tidak lagi tergoda untuk memantau medsos setiap 15 menit!!!)
  • Terbukanya mata rohani saya: setalah tiga minggu 'puasa' medsos, saya bisa merasakan betapa berbedanya cara pandang saya akan kehidupan sebelum dan sesudah 'puasa'. Sebelum puasa, sebagai manusia yang sering iri dan emosinya bisa dikocok-kocok oleh medsos, saya begitu sibuk melihat bagaimana Tuhan memberkati orang lain sehingga saya tidak sempat melihat betapa banyak karunia-Nya bagi saya dan keluarga. Beberapa hari setelah 'puasa', saya merasa seolah-olah kabut yang selama ini menutupi mata rohani saya perlahan-lahan menipis, dan saya mulai bisa melihat betapa Tuhan sudah melimpahkan karunia-Nya pada saya. Saya mulai belajar melihat setiap karunia, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, baik besar maupun kecil, sebagai hadiah yang luar biasa dari Sang Maha Kasih, dan saya belajar menerima, mensyukuri, menghargai, menikmati, dan memanfaatkan karunia tersebut dengan sebaik-baiknya, sepenuh-penuhnya, bagi kemuliaan-Nya. Ya, orang lain mungkin diberkati dengan cara yang berbeda, namun setiap manusia diberi karunia oleh-Nya secara unik, sesuai dengan kasih dan kebijaksanaan-Nya.
  • Merdeka: entah mengapa, sejak saya tidak lagi rajin update status, saya merasa ada kemerdekaan tersendiri. Emosi dan hidup keseharian saya tidak lagi dikendalikan oleh medsos, tidak lagi 'disandera' komputer atau HP. Saya bisa lebih fokus dengan hidup saya. Saya tidak lagi merasa perlu 'eksis' di dunia maya dengan foto-foto cantik dan status-status kekinian. Melelahkan loh, memikirkan bagaimana bikin foto yang cantik, caption yang menarik dan orisinil, atau tulisan yang memikat. Saya tidak perlu lagi mencari-cari hal dalam hidup saya untuk saya pamerkan. Lagipula, sebenarnya apa yang bisa saya pamerkan? Semua yang saya miliki adalah milik-Nya. Saya tidak lagi sibuk mengejar jumlah likes alias jempol dan jumlah komentar. Saya belajar untuk tidak lagi sibuk mencari pengakuan dari warga medsos bahwa saya memiliki hidup yang baik, bahagia, dan sempurna. Saya belajar melihat sendiri bahwa hidup saya, atas kasih karunia Sang Penjunan Agung, adalah baik. Saya belajar untuk hidup dalam kesunyian, dalam ketidak-dikenalan, dalam setiap hal kecil, dalam setiap hal yang biasa di keseharian saya. Saya merasa jauh lebih tenang dan damai hidup seperti itu. Biarlah pengakuan hanya saya peroleh dari Sang Tuan Sejati saya.
  • Fokus pada hubungan pribadi: saya memiliki teman medsos sekitar 600-an. Saya akui, tidak semua dari mereka memiliki hubungan pribadi yang dekat dan komunikasi pribadi yang berkelanjutan dengan saya. Dengan 'puasa' medsos, saya lebih fokus pada hubungan pertemanan dan kekeluargaan dengan orang-orang di sekitar saya: suami, keluarga suami, keluarga sendiri, teman-teman gereja, teman-teman seprofesi, orang tua murid, murid-murid, dan siapapun yang memiliki hubungan pribadi dengan saya di dunia nyata. Komunikasi dan perhatian saya pada mereka benar-benar penuh, baik komunikasi langsung (tatap muka) maupun melalui telepon, SMS, dan email. Ada juga yang memang hanya bisa berkomunikasi lewat dunia maya (umumnya karena jarak yang memisahkan), dan di sinilah medsos berperan. Ruang chat, email, dan Skype adalah senjata kami. Saya juga sesekali mengunjungi page mereka di medsos untuk melihat kehidupan mereka. Dan memang benar, apa yang orang tampilkan di medsos hanyalah sebagian kecil dari kehidupan mereka; umunya hal-hal yang baik dan yang bisa memberi image bahwa semuanya baik-baik saja. Hubungan pribadi melalui komunikasi pribadi yang berkelanjutan membuat hubungan pertemanan semakin mendalam yang disertai dengan tumbuhnya kepercayaan. Teman-teman pribadi saya ini lebih membuka diri akan siapa diri mereka sebenarnya dan tantangan-tantangan apa yang mereka hadapi, yang sangat jarang muncul dalam tampilan medsos mereka. Melalui hubungan pribadi yang terpelihara dan bertumbuh inilah, kami dapat berbagi hidup yang sebenarnya dan dapat saling mendukung/menguatkan dalam menjalaninya.

Suatu pagi dalam masa 'program diet' saya, saya membaca sebuah ulasan di BBC mengenai hasil penelitian tentang pengaruh medsos pada kesehatan emosional pemakainya. Apa yang saya rasakan ini ternyata benar adanya! Dalam tulisan tersebut dikatakan bahwa terlalu sering memantau medsos bisa membuat penggunanya merana, merasa tidak puas akan hidupnya, merasa iri, dan merasa rendah diri bahkan depresi. Tulisan tersebut menyarankan 'puasa' medsos setidaknya seminggu untuk memulihkan kondisi emosional pemakainya. Selain itu, mereka juga menyarankan pengguna untuk memiliki komunikasi dan hubungan pribadi dengan teman sesama pengguna medsos! Ulasan tersebut dapat dibaca di sini.

Saya tidak anti medsos. Saya sendiri masih pakai kok. Medsos adalah cara paling cepat untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman yang berjauhan lokasi. Sekarang ini saya sedang mencari setting atau pengaturan cara saya menggunakannya yang paling pas buat saya, yang manfaatnya lebih besar daripada kerugiannya. Kalau ada yang punya saran, boleh dibagi ke saya.

Semoga tulisan ini bermanfaat.


Comments

Popular Posts