Les Piano Online 5: Cerita-cerita


Ahhh, akhirnya sampai juga di edisi terakhir, edisi paling ringan serial Les Piano Online ini. Kali ini saya ingin berbagi cerita-cerita ringan pengalaman saya baik sebagai guru maupun sebagai murid. Setidaknya edisi ini bisa memberi gambaran suka duka les online itu.


Les online vs kucing
Saya tidak punya kucing, tapi saya suka banget sama kucing. Salah satu murid online saya punya beberapa kucing yang kadang ikut eksis dengan lompat ke piano murid saya ketika kami les. Gangguan? Buat murid saya, mungkin. Tapi buat saya, itu adalah sesuatu yang menyenangkan! Saya malah minta murid saya mendekatkan kamera ke kucingnya, supaya saya bisa 'ngobrol bahasa kucing' dengan kucingnya.

Moral of the story: kalau guru online anda suka kucing, jauhkan kucing-kucing dari kamera. Bisa-bisa anda rugi. Heheheheh.............


Les online vs Tauwa
Biasanya saya mengajar keponakan saya Sabtu pagi waktu Indonesia. Seringkali jadwal les saya ini berbarengan dengan jadwal lewat pedagang Tauwa keliling. Bila hal itu terjadi, maka saya harus rela dan ikhlas menunggu dan melihat keponakan dan kakak saya menikmati Tauwa, sambil menangis di pojokan karena kepingin tapi tidak bisa beli. Nasib.

 Tauwa dari Pak Tauwa Langganan. Saya cuma bisa lihat ini saja.
Foto: dok. pribadi




Tamu di rumah menanyakan soal kamera gatung
Kalau kebetulan ada tamu di apartemen saya yang tidak tahu bahwa saya mengajar online, sudah pasti mereka akan keheranan melihat hasil karya suami saya: kamera gantung di atas piano saya. Pertanyaan "ini buat apa ya?" sudah menjadi pertanyaan paten. Tapi tidak mengapa, kan bisa jadi sarana promosi bisnis. 


Les online vs American Football
Sudah bukan rahasia lagi bahwa pertandingan Football tim kota kami sangat berpengaruh pada kelancaran les online. Saya paling deg-degan kalau jadwal les bebarengan dengan jadwal bola. Internet dapat dipastikan lemot habis. Tahun ini (2015-2016) tim kota kami, Denver Broncos, berhasil memasuki babak playoff. Ketika mereka bertanding di tahap semifinal, internet di kota tempat murid saya yang jauhnya sekitar 2 jam dari kota saya mati total. Internet baru muncul kembali begitu pertandingan selesai dan Denver Broncos dinyatakan menang dan masuk final. Kami baru bisa les 30 menit kemudian.


Belajar dari pengalaman tersebut, saya mewanti-wanti murid-murid saya yang les bertepatan dengan pertandingan final Liga Football Nasional antara Denver Broncos vs Carolina Panthers. Saya siapkan mereka dengan pesan: kalau saya tidak muncul di Skype pada saat les, itu disebabkan internet yang down karena animo masyarakat yang tinggi akan pertandingan ini.  Ibu murid saya yang kotanya kehilangan akses internet ketika semifinal sudah kontak-kontak dengan saya sepanjang hari, mempersiapkan dan merencanakan Plan B kalau internet down ketika les nanti. Sejak pagi saya dan suami terus memantau kecepatan internet di daerah kami, dan memang, semakin mendekati acara kecepatannya semakin menurun. Ini mau les online apa mau perang ya? Hahahahah........

Ajaibnya, saat les kami berlangsung dan pertandingan sedang seru-serunya, kecepatan internet masih cukup stabil untuk les online. Dan ketika saya selesai mengajar murid terakhir, pertandingan selesai dan tim kota kami menang, alias juara nasional (tapi ngakunya juara dunia). Mendadak sontak dari dalam apartemen saya terdengar sorak-sorai penghuni apartemen lain, gedebak-gedebuk penghuni apartemen diatas saya lompat-lompat, dipadu dengan pesta kembang api di balai kota. Serasa tahun baruan.


Les online vs Bahasa Portugis
Guru saya mengajar saya secara online dari kampus tempat beliau mengajar di Brazil. Kadang ketika sedang mengajar saya, murid atau kolega beliau perlu berbicara dengan beliau. Jadi saya ikut mendengarkan pembiacaraan mereka. Tapi jangan salah, saya bukannya nguping, karena percuma nguping saya juga tidak akan mengerti mereka bicara apa. Bahasa nasional Brazil adalah bahasa Portugis. Jadi seringkali mereka berbicara dalam bahasa Portugis dan saya hanya bisa memandang dan mendengarkan. dengan kekaguman. Kapan lagi mendapat kesempatan mendengarkan bahasa Portugis dari penutur asli? Mungkin saya bisa sekalian kursus bahasa Portugis sama beliau?




Les online vs teleconference
Kisah ini juga terselip di edisi-edisi sebelumnya. Suatu hari saya sedang les online dengan guru saya, tapi internet beliau merah melulu. Ya, di Skype kita dapat melihat status koneksi: putih (bagus), kuning (sedang), dan merah (jelek). Meskipun tidak bisa dibedakan koneksi siapa yang lemot, tapi kami berdua tahu persis, koneksi Amerika jauh lebih bagus dari koneksi Brazil. Tapi hari itu koneksinya jauh lebih jelek dari biasanya. Setelah dicek, guru saya bilang bahwa di kampus sedang ada teleconference. Jadi orang satu kampus sedang menghadiri seminar yang menggunakan internet sebagai medianya! Guru saya sampai harus memperpendek les dan menggantinya ketika beliau datang ke Amerika.


Les online vs Balita
Keponakan saya memiliki adik usia balita. Sebagaimana anak-anak zaman sekarang, mereka sangat melek gadget meski usianya muda. Kakak saya sangat disiplin dalam mengatur waktu penggunaan gadget anak-anaknya, dan saya sangat salut dalam hal ini. Dia hanya mengizinkan anak-anaknya main gadget pada akhir pekan, itupun hanya Jumat malam, Sabtu, dan Minggu pagi. Les kami adalah hari Sabtu pagi, bertepatan dengan jadwal gadget keponakan saya.

Keponakan balita saya tidak mau kalah. Setiap melihat kakaknya les online menggunakan tablet, dia ingin main dengan tablet tersebut. Terjadilah pertempuran perebutan gadget, sekalipun si balita sudah diberi gadget lain untuk nonton kartun kesukaannya. Kadang kalau si adik balita diperlihatkan tabletnya dan melihat saya di Skype, dia akan dengan manisnya menekan tombol "end call" alias memutuskan sambungan. Akhirnya les dibatalkan. Karena itulah, kami selalu merencanakan les berikut rencana 'evakuasi' balita selama les berlangsung. Pengalaman ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi murid yang memiliki adik atau anak usia balita/batita, untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar les online berjalan lancar.




Les online vs badai petir
Kalau hal ini sudah harga mati. Kalau ada badai berpetir di luar, baik itu badai salju, badai hujan/air, badai pasir apalagi (untungnya di sini tidak ada badai pasir!), saya biasanya membatalkan les dan menjadwal ulang les penggantinya. Saya tidak mau resiko komputer dan piano digital rusak tersambar petir. Begitu melihat kilatan petir dan mendengar suara gemuruhnya, saya biasanya langsung mengontak murid online saya, membatalkan les dan akan memberitahu kapan les penggantinya. Setelah itu saya akan cabut semua peralatan elektronik dari soket sumber listrik: komputer, router, piano, dan semua yang terkait. Demikian pula dengan murid saya. Saya meminta mereka untuk memantau kondisi cuaca di lokasi mereka, dan bila kondisinya membahayakan saya tidak keberatan mereka membatalkan les dan mengatur waktu untuk les penggantinya di hari lain. Keamanan bersama lebih saya utamakan.



Itulah sepenggal kisah saya selama menjalani les piano online, baik sebagai guru maupun sebagai murid. Di masa mendatang bisa jadi saya akan menambahkan episode 6, bila ada pengalaman atau hal-hal baru yang saya dapatkan dan dapat saya bagikan kepada pembaca. Semoga tulisan ini bermanfaat, dan pantau terus update-nya!!



Comments

Popular Posts