Les Piano Online 2: Persiapan Les Online

Seperti sudah saya tuliskan di bagian pertama, guru dan murid LPO harus mau ribet. Pada tulisan kali ini akan saya ceritakan bagaimana saya mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk lancarnya LPO.

Untuk dapat melaksanakan LPO, guru dan murid wajib memiliki hal-hal berikut ini: piano, buku musik/partitur yang sama, komputer/laptop/tablet, koneksi internet cepat, aplikasi video call, dan kamera. Selain perlengkapan wajib tersebut, tentunya ada perlengkapan tambahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, misalnya: perlengkapan pengajaran teknik (bola physical therapy, bola pingpong, selembar kain bersih, dan sebagainya), alat-alat tulis, lampu tambahan, kursi putar, dan sebagainya. Tulisan ini akan membahas perlengkapan wajib saja. Untuk perlengkapan tambahan akan disertakan sedikit di tulisan ini, dan akan ditambahkan di tulisan-tulisan selanjutnya.

Piano
Karena guru dan murid berada di lokasi yang berbeda, maka masing-masing harus memiliki piano. Tujuannya sudah jelas: guru memerlukannya untuk mengajar/memberi contoh, dan murid memerlukannya untuk belajar/memainkan hasil belajarnya untuk didengarkan dan diberikan masukan oleh guru. Tentu saja kondisi piano harus prima, dirawat dan di-stem secara rutin.
Lalu, pianonya harus akustik atau bisa digital? Piano saya adalah piano digital. Saya pribadi tidak mensyaratkan bahwa piano murid saya harus akustik. Namun tentunya ada hal-hal yang harus dipenuhi oleh piano tersebut untuk memaksimalkan pembelajaran. Salah satu yang penting untuk piano akustik adalah perawatannya. Piano akustik harus dirawat dengan baik (dibersihkan, di-stem, dijaga kelembabannya) untuk dapat berfungsi dengan baik. Pitch setiap not harus tepat/mendekati pitch standar, sehingga murid terbiasa mendengarkan pitch yang benar. Ini penting untuk ear training dan untuk menghindari bingungnya murid karena pitch lagu yang dimanikan di piano guru kok tidak sama. Demikian pula fungsi-fungsi piano yang lain, contohnya pedal.
Saya punya pengalaman khusus tentang pitch. Kakak saya meminta saya melatih hearing keponakan saya. Karena hearing itu sangat terkait dengan kepekaan akan pitch/tinggi rendah nada, saya meminta dia main di keyboard/electone saja, karena piano saya di rumah sudah lama tidak di-stem dan pitch-nya sudah turun lebih dari 1/4.
Untuk piano digital, tentunya lebih mudah baik perawatan maupun pitch-nya. Karena digital, pitch setiap not sudah diset sesuai standar. Namun hal yang tidak kalah penting dalam memilih piano digital adalah tuts berpemberat. Ini sangat penting untuk pembelajaran teknik bermain piano yang benar. Lalu ada lagi soal tekstur tuts. Kebanyakan tuts piano digital/keyboard terbuat dari plastik. Piano digital saya sedikit beda, tuts-nya terbuat dari kayu dan dipoles persis seperti piano akustik. Ini membantu saya mendapatkan 'rasa' dan 'sensasi sentuhan' pada ujung-ujung jari saya, dan memudahkan saya untuk transfer ke piano akustik.

Buku Musik/Partitur
Guru dan murid wajib memiliki buku musik/partitur lagu yang sedang dipelajari. Kalau dalam les tatap muka guru bisa 'nunut' pada partitur murid, dalam LPO hal tersebut tidak memungkinkan. Masing-masing harus punya sehingga guru bisa melihat dan memantau permainan murid: apakah murid sudah memainkannya sesuai yang tertulis atau sesuai keinginan komposernya.
Soal partitur ini, saya ingin menambahkan catatan. Saya selalu memastikan bahwa versi atau edisi buku musik/partitur yang saya dan murid gunakan selalu identik alias sama persis. Kenapa harus begitu? Ini sepenggal pengalaman saya:
Suatu hari saya les online dengan guru saya di Brazil. Saat itu saya sedang mempelajari 13 komposisi Schumann dalam Scenes from Childhood, Op. 15. Komposisi tersebut pendek-pendek tapi cukup rumit dengan lebih dari 3 suara dibagi antara tangan kanan dan kiri. Saya menggunakan buku musik saya, dan guru saya memakai versi beliau. Ketika saya main, guru saya berkata "bagian itu seharusnya dimainkan oleh tangan kanan, bukan tangan kiri". Saya cek di buku saya, eh bener saya kok. Maka saya tidak memperbaikinya seperti yang beliau katakan. Setelah terjadi 3 kali, saya mendekatkan buku saya ke kamera, supaya guru saya melihat partitur saya. Barulah ketahuan bahwa saya dan beliau menggunakan edisi yang berbeda.
Lagu-lagu klasik seringkali diterbitkan oleh banyak penerbit yang berbeda, dan diedit oleh editor yang berbeda pula. Karena itu, bisa jadi satu komposisi dituliskan dengan cara yang cukup berbeda, menimbulkan perbedaan cara main yang tak jarang menimbulkan konflik antar musisi. Sejak saat itu, saya dan guru saya selalu bersepakat terlebih dahulu mengenai edisi yang akan kami gunakan.
Catatan: ada waktunya ketika kita perlu membandingkan edisi yang satu dengan edisi yang lain untuk lebih bisa memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh sang komposer, atau untuk mencari penjarian yang lebih nyaman bagi pianis bertangan kecil seperti saya ini. Dalam kaitannya dengan LPO, sebaiknya perbandingan ini dilakukan sebelum memilih edisi. Jadi ketika mulai belajar, guru dan murid sudah memiliki edisi yang sama.

Komputer/Laptop/Tablet
Komputer/laptop/tablet adalah 'jendela' bagi guru dan murid. Saya pribadi menggunakan laptop dengan kamera built-in. Pilihan saya tersebut didasarkan pada kemudahan laptop untuk dipindah-pindahkan sesuai kebutuhan akan angle terbaik untuk video streaming-nya. Selain itu, laptop memberikan kemudahan pada saya ketika saya harus menuliskan PR buat murid atau mencari istilah-istilah musik di internet ketika sedang mengajar. Untuk lebih memudahkan pengaturan, saya meletakkan laptop saya di atas kursi putar tinggi, yang bisa berputar 360 derajat. Kursi juga memudahkan saya untuk mengatur jarak laptop/kamera dengan piano, terutama ketika saya ingin memperlihatkan cara menggunakan pedal damper. Tangan dan kaki harus terlihat supaya murid bisa melihat koordinasi keduanya. Untuk itu, laptop saya diletakkan sedikit lebih jauh dari biasanya.
Kakak saya menggunakan tablet. Sambil tertawa dia cerita betapa hebohnya dia kalau keponakan saya sedang les online dengan saya. Bukan kenapa-kenapa, tapi dialah yang jungkir balik mencarikan angle yang tepat supaya saya bisa melihat permainan keponakan saya baik dari sisi kanan, kiri, atas, bawah (pedal) sambil mendengarkan saya dan membimbing anaknya. Karena di rumah kami tidak ada 'tatakan' tablet, jadinya kakak saya sering memegangi kalau memang tidak memungkinkan untuk disandarkan pada furnitur atau piano. Kakak saya emang niat beneran!

Koneksi Internet Cepat
Karena sifatnya yang streaming dan real-time, tentunya koneksi internet yang dibutuhkan untuk LPO harus cukup reliable. Saya, guru saya dan murid-murid saya menggunakan jaringan internet rumah yang jauh lebih terjamin bila dibandingkan dengan internet paket di HP. Guru saya pernah mencoba menggunakan internet HP beliau untuk les online, dan ternyata tidak bisa berjalan lancar sama sekali.
Internet cepat belum tentu tanpa masalah. Banyak hal yang bisa mempengaruhi lancarnya internet, misalnya berapa orang yang sedang menggunakan koneksi yang sama ketika kita sedang les. Beberapa pengalaman saya dan murid/guru saya:
  • Internet biasanya down, atau bahkan crash ketika sedang berlangsung pertandingan American Football tim kota kami. Saya mengalaminya sendiri. Ketika tim kota kami sedang main, koneksi internet saya menurun kecepatannya. Contoh lainnya: saya memiliki murid di kota lain yang jauhnya sekitar 2 jam dari rumah saya. Meski beda kota, kami masih satu negara bagian, Colorado. Minggu lalu, kira-kira 10 menit sebelum les mulai, ibu murid saya tersebut menelepon saya. Beliau mengatakan bahwa karena tingginya animo masyarakat kota beliau akan tim football kami yang akan main di acara semifinal liga football nasional hari itu, internet di kota beliau down. Nggak terima down, crash! Tidak bisa koneksi sama sekali. Internet baru jalan kembali setelah pertandingan selesai. 
  • Suatu hari guru saya mengajar saya dari lokasi kampus beliau di Brazil. Selama les, koneksi berulang kali putus. Guru saya sampai memutuskan untuk memperpendek les saya dan berjanji untuk menggantinya ketika beliau ke Amerika. Usut punya usut, ternyata pada saat yang bersamaan kampus beliau sedang mengadakan acara semacam seminar teleconference. Nggak heran. 
  • Saya pernah mengajar LPO dan suami saya nonton film streaming. Kecepatannya koneksi saya turun, dan saya komunikasikan hal tersebut ke suami. Sejak itu, suami saya memastikan tidak streaming film ketika saya sedang mengajar, dan koneksi internet saya selalu lancar jaya. 

Aplikasi Video Call
Saya yakin zaman sekarang ini sudah banyak aplikasi video call. Tapi karena saya cukup gaptek dan sudah nyaman dengan aplikasi yang saya gunakan sejak 2006, maka saya hanya tahu satu saja: Skype. Sejauh ini Skype cukup mumpuni dalam menjembatani saya dan guru/murid saya. 


Kamera
Saya menggunakan 2 buah kamera untuk LPO saya baik sebagai murid maupun sebagai guru. Kamera yang pertama adalah kamera built-in di laptop saya, seperti yang sudah saya tuliskan di bagian sebelumya. Kamera ini saya gunakan untuk berbicara kepada murid (jadi murid bisa melihat saya menerangkan kepada mereka dan bukannya hanya melihat tangan saya saja), untuk menunjukkan postur tangan dari samping (gerakan pergelangan, postur jari, postur tubuh, relaksasi bahu dan siku, dan sebagainya), serta gerakan kaki untuk pedal. Kamera kedua adalah kamera eksternal, yang saya gantung di atas piano untuk memudahkan guru/murid saya melihat posisi tangan saya pada tuts, bagaimana tangan saya bergerak horizontal di atas tuts dan apakah saya sudah menggunakan penjarian yang benar. Aerial view, bahasa kerennya. Suami saya bahkan membuatkan sebuah sistem untuk menjaga keseimbangan kamera supaya tidak berayun-ayun dan semacam sistem gesper untuk memudahkan saya menggeser kamera tersebut ke register atau oktaf yang berbeda dari piano. 
Lalu, bagaimana caranya menggunakan 2 kamera yang berbeda di Skype? Sejauh yang saya tahu, kita bisa menggunakan dua kamera tersebut secara bergantian, namun tidak bisa secara bersamaan. Jadi harus switch dari satu kamera ke yang lainnya sesuai keperluannya. Ketika saya sendiri les, guru saya akan meminta saya mengganti kamera yang digunakan, tergantung apa yang beliau ingin lihat dan ajarkan. 
Caranya? Untuk Skype, ini dia:
Klik Tools --> Options --> Video Setting. Di atas layar video kita akan ada tulisan Webcam. Bila kita telah menghubungkan kamera eksternal dengan laptop, maka informasi jenis webcam yang kita gunakan akan berubah menjadi drop-down menu yang berisi tipe-tipe kamera yang terhubung dengan sistem kita. Oh ya, sebagai catatan, kita harus memastikan bahwa kamera eksternal kita kompatibel dengan operating system di komputer kita. Kalau tidak, kamera eksternal tersebut tidak akan muncul sebagai pilihan di skype. Masalah ini saya hadapi ketika saya berganti ke laptop baru. Laptop lama saya menggunakan Windows Vista, dan kamera eksternal saya adalah kamera lama milik suami zaman kami long distance relationship sekitar tahun 2008. Serba jadul, gitu deh. Ketika kamera tersebut saya sambungkan ke laptop baru yang menggunakan Windows 7, sama sekali tak terdeteksi. 
Kadang kamera membutuhkan pencahayaan yang cukup memadai untuk dapat mengirimkan gambar yang jelas. Karena kamera dan laptop saya cukup jadul, saya harus menambahkan lampu di belakang atas laptop saya, sehingga menjadi semacam lampu sorot buat saya dan piano saya. 



Setelah perlengkapan siap, maka sekarang giliran saya mempersiapkan diri, baik sebagai guru maupun murid. Apa yang perlu dipersiapkan? Nantikan di edisi selanjutnya!

(Bersambung)





Comments

Post a Comment

Popular Posts